Pemain : Lukman Sardi, Zaskia A. Mecca, Slamet Rahardjo, Giring (Nidji), Ihsan Taroreh, Ricky Perdana, Mario Irwinsyah, Dennis Adhiswara, Abdurrahman Arif, Sujiwo Tejo, Ikranegara, Yatti Surachman, Agus Kuncoro, Pangky Suwito, Dewi Irawan.
Sutradara : Hanung Bramantyo.
Naskah : Hanung Bramantyo.
Produser : Raam Punjabi.
Durasi : 123 Menit.
Genre : Drama, Biopik, Kolosal.
Tanggal Rilis : 8 September 2010.
Musik : Tya Subiakto.
Produksi : Multivision Plus Pictures.
Tidak banyak film (Indonesia) yang saya tonton dibioskop selama setahun 2010 (hingga Oktober) yang menurut kabar sudah menelurkan lebih dari 50 judul, saya mengawalinya dengan Merah Putih II dan Sang Pencerah. Bukan karena tidak ada lagi judul yang bagus sebelumnya, hanya belum ada kesempatan nonton dibioskop saja. Hanung Bramantyo kembali ke bioskop untuk meramaikan moment Lebaran tahun ini, setidaknya sudah mulai banyak dari kita yang terkondisikan bahwa libur lebaran yang ramai akan ritual arus mudik adalah musim panasnya perfilman Indonesia. Mengangkat seorang tokoh besar organisasi Islam di Indoensia yang kelak pengikutnya sangat banyak sekali, dengan setting lebih dari satu abad yang lalu dan itu butuh keakuratan yang super teliti, baik sumber kisah, kostum, kondisi sosial, lingkungan (bangunan) dan bahasanya. Alangkah indahnya jika film ini memakai 95 % bahasa Jawa disaat visualisasi Jogja jaman dahulu dan musik latarnya sudah sangat indah. Adegan favorit saya adalah saat merobohkan Langgar dan saat Dahlan dimarahi oleh Ibunya tentang dirinya yang dianggap kafir, hanya satu kata, keren!. Saya menyukai karya-karya Hanung sejak Jomblo (2006) dan Catatan Akhir Sekolah (2004), belum nonton Brownies, sih, meski ada sedikit-banyak juga penonton yang kurang menyukai Ayat-ayat Cinta (2007) dan Perempuan Berkalung Sorban (2009)
Saya nonton film ini tanggal 18 September yang lalu, namun baru sekarang (karena lupa, mungkin?) mereview-nya diblog ini, selain kekurangtahuan saya secara luas tentang Muhammadiyah dan seluk-beluk kisah pendirinya, KH Ahmad Dahlan. Well, ada dua hal yang sangat banyak diungkapkan di film ini, pertama adalah Arah Kiblat dan yang kedua adalah peng-Kafir-an, uniknya ritual Yasin-Tahlil dan selametan hanya ditampilkan sekilas. Saya pikir sindirannya pas dan relevan untuk kondisi akut saat ini yang seenaknya mengkafiri orang dan kekerasan atas nama agama. Apapun itu, sangat menyenangkan rasanya melihat studio satu (yang memutar film ini) disalah-satu bioskop mahal di Jatim (SUTOS XXI) selalu dipenuhi penonton.
Share This Post With :
Riwayat Tiket Bioskop :
Title : Sang Pencerah
Date : Saturday, 18 September 2010
Time : 14:30 WIB
Auditorium : Row A. Seat 09. Studio 01
Location : Surabaya Town Square (SUTOS XXI)
Price : IDR 35.000;00
saya rasa ini salah 1 film terbaik tahun ini, dengan komposisi setting, plot, dan pemain yg bagus. ini merupakan angin segar ditengah carut marutnya film2 horor nyerempet mesum gak jelas yg kerjaanya cuman nyampah di perfilman tanah air
Anonim, yupz saya sepakat dengan itu, dari 50 judul lebih yang sudah dirilis sejak januari, saya menyimpulkan kurang dari 10 judul yang masuk kriteria bagus salah satunya adalah Hari Untuk Amanda, Rumah Dara, Minggu Pagi di Victoria, Menebus Impian dan Alangkah Lucunya (Negeri Ini).
Sisanya hanya sekumpulan pedagang maksiat yang mengobral aurat, semoga masih ada lagi sinyal positif dari perfilman tanah air..
hoho,, film ini bagus tapi masi bisa dibikin bagus lagi.. soalnya kaya nya film ini banyak memperlihatkan sosok ahmad dahlan dengan kebaikan2 nya.. padahal dia kan manusia yang pasti punya banyak kelemahan.. itu yang kurang dieksplor.. btw waduh kalo film2 cabul ngga disiarin lagi, mas dani sedih dong?
Agung yang masih tinggal di Malang, wah gimana ya jadinya kalo idemu itu diamini, yang ini aja masih ada yang ngeritik, apalagi ntar kalo si sutradara ngupas sisi lain Ahmad Dahlan...
Hehehe, tau tuh si Dando, btw kan gak ada bedanya dengan kamu, Gung?
astafirallah.....
ini ngomong film islami kok mas agung larinya ke cabul2 ya ???
bukankan anda yg mengenalkan kamus nana chung, takako kitahara, sora aoi (lan konco2nya) pada kami2 ????
semoga pesan ini bisa menjadi "sang pencerah" bagi hati anda...
wss.....
@budi: walah, ideku diikutin trus masi ada yg kritik, brarti yah wajar lah bud.. namax juga prespektif.. :D
@Mas Dans yang ngaku2 "Sang Pencerah" : wkwkwkwkw.... itu kan semua nama2 itu aku kutip dari temen2 mas.. ,salah satunya dari aji si "mulut bau tai", dan juga ishak "muke suket",, aku sih ga tau apa2 soal nama2 itu.. saya ini polos loh orangnya mas.. :)
Btw,demikian klarifikasi saya,, semoga kita semua ngga mnganggap sora aoi just like the sky above us, its one for everyone :D, amien..